Bermula dari Aksi Pemukulan Pegawai Lapas

JAYAPURA- Polisi terus menyelidiki kaburnya 18 tahanan di penjara kelas IIA Abepura kemarin. Sampai sejauh ini, kecurigaan polisi semakin kuat, bahwa kaburnya 18 Napi itu terdapat unsur-unsur kesengajaan. "Kami memang belum menemukan bukti yang cukup. Namun, kecurigaan kami ke sana sangat kuat," Kata Kapolresta Jayapura Imam Setiawan.

Kisruh larinya 18 napi ini berawal dari kasus pemukulan yang dilakukan Wakil Ketua II MRP, Hanna Hikoyabi terhadap 2 orang pegawai Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM Provinsi Papua Yuliana Wanane dan Jack Wanane. Peristiwa itu terjadi menjelang acara pelantikan Kalapas Kelas II A Abepura di Aula Kanwil Departemen Hukum dan HAM Provinsi Papua. Kasus pemukulan ini, memicu amarah keluarga Wanane-Werimon.

"Tindakan pemukulan itu sudah memalukan nilai-nilai adat," kata Martinus Waremon, yang tampil sebagai juru bicara keluarga Wanane-Warimon.Martinus Werimon yang juga didampingi Yuliana Wanane (korban pemukulan) mengatakan, yang menjadi penyesalan keluarga adalah tindakan pemukulan itu dilakukan seorang pejabat publik di lembaga Majelis Rakyat Papua (MRP).

Apalagi menjabat sebagai Wakil Ketua MRP maka beliau harus menunjukan cara-cara yang elegan dan lebih santun dalam menyelesaikan setiap permasalahan.

Menurutnya, kalaupun ada keberatan dari MRP terhadap proses pelantikan itu, maka bisa dilakukan antar institusi secara elegan dan bermartabat sehingga ini bisa memberikan pendidikan politik yang baik. "Dalam konteks kultur adat Papua dan sosial adat yang lebih dijunjung tinggi adalah penyelesaian masalah dengan cara bermartabat dan tidak menggunakan cara-cara kekerasan serta tindakann premanisme dalam sebuah acara formal," ujarnya lagi.

Ironisnya, lanjut Martinus, pemukulan tersebut dilakukan saat korban Yuliana Wanane sedang memakai pakaian dinas, bahkan masih dalam jam kerja. Tak hanya itu, kata Martinus, akibat pemukulan itu korban Yuliana Wanane berdiri dengan membuka pakaiannya dan disaksikan banyak pegawai lain serta media massa yang saat itu sedang meliput proses pelantikan yang menjadi ricuh akibat adanya pro-kontra pelantikan pejabat Lapas Abepura itu.

"Tindakan ini sudah sangat memalukan keluarga kami, bahkan kami sudah merasa terhina dengan perlakuan seperti itu," tambahnya lagi dengan nada kesal. Pihaknya akan mengawal proses ini sampai kepada proses selanjutnya, dalam arti masih akan melakukan koordinasi dengan keluarga untuk menyikapi persoalan yang sudah memalukan keluarga besar Wanane-Werimon.

"Dengan adanya kejadian ini kami akan terus proses lebih lanjut baik dari proses keluarga dan kami juga melakukan koordinasi dengan MRP bahkan kami akan duduki MRP sampai MRP melakukan klarifikasi permohonan maaf karena ini sangat melecehkan keluarga," tegasnya.

Beberapa sumber menyebutkan, Hanna adalah orang yang tidak setuju atas pelantikan pejabat baru di Lapas tersebut. Namun, entah mengapa, Hanna tiba-tiba menghujamkan bogem mentahnya ke muka Yuliana dan Jack Wanane sembari menyebutnya sebagai pengkhianat. "Ia menyebut nama kami lengkap dengan nama marganya. Ini namanya penghinaan atas marga kami," ujar Yuliana.

Yuliana sendiri mengaku menghadiri acara pelantikan itu karena menganggap tidak ada masalah dengan pelantikan itu. "Justru tugas kami, kalau ada keributan adalah mengamankan SK Pak Menteri, untuk tetap melangsungkan acara pelantikan itu," ujarnya. Namun, kenyataannya, Yuliana justru emosional, ketika mendapatkan dua kali tamparan dari Hanna, dan Yuliana melepas bajunya sembari mengejar Hanna. (nal/aj/jpnn)

0 Response to "Bermula dari Aksi Pemukulan Pegawai Lapas"

Papua Indonesia

Facebook Status RSS Feed Filter